Ubkap dari Ketua Sanggar I Wayan Juniarta, sanggarnya memang memilih ' jalur ' menampilkan kemurnian atau kealisan dari Joged Bumbung dengan pakem-pakem yang mengandung unsur etika dan moral keindahan. Untuk musik pengiringnya menggunakan musik bambu yang klasik serta tidak ada tambahan musik modern.
Sebenarnya Joged Bumbung merupakan seni tari yang dilakukan oleh para petani Bali zaman dahulu, hal itu dilakukan ketika jam istirahat untuk melepas lelah. Joged Brumbung termasuk tarian pergaulan sehari-sehari, dengan canda tawa para petani perempuan diringi rindik sedangkan untuk sang lelaki menjoged dengan canda dan tawa.
Saat ini Joged Bumbung semakin mengalami pergeseran makna di masyarakat, bahkan anak-anak muda menganggap Joged Bumbung adalah tarian yang erotis dan porno. Di perjelas oleh Juniarta yang menjabat sebagai ketua Sekaa Joged Bumbung Suara Mekar.
' Memang joged itu tidak ada pakem yang pokok, tapi pakem yang digunakan adalah pakem tari Bali. Joged klasik memang ada ngegolnya, tapi ngegol-nya ke kanan dan ke kiri, bukan ngegol ke depan dan ke belakang. Saya takutnya anak-anak muda sekarang menganggap tarian joged seperti itu, yang goyangnya syur'
dikutip dari : http://bali.tribunnews.com/